Subhanallah, Dulu Kampung Ini Non Muslim Semuanya dan Sekarang Muslim Semuanya

Dahulu, Kabupaten Jombang, Jawa Timur tepatnya di dusun Tebuireng merupakan sarang perjudian, perampokan pencurian dan pelacuran. Namun kehadiran KH Hasyim Asy'ari, kakek Gus Dur, merubah seluruh ideologi masyarakat sekitar. Masyarakat di dusun itupun berubah, mereka tercerahkan dan dengan dibukanya pondok pesantren Tebuireng, jadi karya monumental berubahnya kondisi di dusun tersebut.

Kampung Ini Non Muslim Semuanya dan Sekarang Muslim Semuanya

Di Kampung Kauman pun, Kecamatan Gondomanan, Yogyakarta tidak jauh berbeda. Islam sudah ada tetapi di zaman penjajahan Belanda, Islam di tengah masyarakat dicampuradukkan dengan mistik dan dan musyrik. Kemudian KH Ahmad Dahlan datang berusaha memurnikan Islam. Akhirnya di kampung itu, KH Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah.

Nah di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, tepatnya di Kampung Batua, Kelurahan Romang Lompoa, Kecamatan Bonto Marannu, kondisinya juga serupa. Awalnya di kampung itu oleh masyarakat sekitar dan juga ada yang dari luar, dijadikan sebagai tempat pemujaan berhala.

Di setiap musim tertentu, misalnya musim panen, warga melakukan penyembelihan hewan di atas batu besar. Sebelumnya batu itu dikitari seperti orang tawaf. Kemudian mereka berpesta pora dan mabuk-mabukan. Juga kerap bakar-bakar lilin untuk pemujaan di tengah kampung yang masih berupa hutan penuh dengan pohon-pohon besar itu.

Hingga akhirnya, jamaah An Nadzir masuk ke kampung tersebut dan melakukan upaya-upaya pencerahan. Kegiatan-kegiatan kemusyrikan di kampung itu pun sedikit demi sediki menghilang. Oleh jamaah An Nadzir, di atas batu yang tadinya sentral kegiatan kemusyrikan kemudian disulap jadi masjid, tempat ibadah bagi jamaah An Nadzir. Di sekitarnya, ada kolam dan areal persawahan sehingga sangat memungkinkan menjadi tempat ibadah yang nyaman.

Seperti dituturkan Ustaz Lukman A Bakti, ulama sekaligus juru bicara kelompok atau jamaah An Nadzir ini kepada merdeka.com, Selasa, (2/2), awalnya Ustaz Rangka, warga asli Kabupaten Gowa, tokoh Pemuda Muhammadiyah yang juga pimpinan An Nadzir yang melihat fenomena memprihantinkan ini sekira tahun 1998-an. Selanjutnya melakukan pendekatan kepada masyarakat.

"Alhamdulillah ustaz Rangka bersama jamaah An Nadzir dihadirkan untuk membantu selamatkan, menjauhkan penghambaan manusia kepada kemusyrikan. Sebagaimana kisah perjuangan Rasulullah yang menyelamatkan umat dari kesesatan," kata Lukman A Bakti.

Kata Ustaz Lukman, tempat-tempat kegiatan kemusyrikan itu kemudian dijual masyarakat ke jamaah An Nadzir dan itulah yang dikembangkan hingga saat ini. Mulai dari batu tempat menyembah berhala dijadikan masjid, sebagian lahan dibangunkan pemukiman, dikelola jadi lahan persawahan dan lahan bercocok tanam lainnya serta lahan peternakan.

Masyarakat sekitar juga tidak sungkan-sungkan meminta pertolongan kepada warga An Nadzir jika mengalami kesulitan misalnya dalam hal bercocok tanam sehingga An Nadzir dan warga setempat bisa hidup berdampingan.

Hingga saat ini, kata Ustaz Lukman, pemukiman jamaah An Nadzir sudah dihuni 130 Kepala Keluarga (KK). Dalam perjalannya, tidak sedikit anak duri yang dilaluinya karena kerap stigma-stigma negatif ditujukan kepada jamaah yang hidup membuka pemukiman sendiri yang sedikit berjarak lokasinya dengan masyarakat di Kampung Batua itu.

Penampilan memang sedikit berbeda dengan warga sekitar karena sehari-harinya jamaah An Nadzir mengenakan jubah hitam, bersorban, kopiah khas dan rambut dicat kuning kemerah-merahan. Jamaah perempuannya pun bercadar.

Isu teroris, isu aliran sesat, salah satunya yang pernah dialamatkan ke jamaah An Nadzir. Namun semua berhasil ditepis setelah melalui diskusi dan pengkajian bersama pemerintah dan pihak-pihak terkait.

Lalu kehadiran Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo di tengah pemukiman jamaah An Nadzir, Senin kemarin, (1/2) cukup memberi angin segar. Dia hadir dalam kegiatan peletakan batu pertama pembangunan masjid secara permanen dalam pemukiman tersebut.

Syahrul memberi apresiasi positif terhadap Jamaah An Nadzir. Jamaah An Nadzir menurut dia, dalam upaya memakmurkan jamaahnya, punya dasar yang kuat dan memang ideologi Islam itu sebagai Rahmatallilalamin adalah bagian-bagian yang harus terus disuarakan oleh semua umat Islam.

Terhadap jamaah An Nadzir, kata Syahrul lagi, pihaknya sebagai pemerintah harus bisa meresponnya, apalagi jika langkah-langkah yang yang dilakukan An Nadzir adalah perkuatan kehidupan jamaah lebih baik dari segi moralitas Islam maupun dari pendekatan kehidupan yan ada.

Dalam kesempatan itu, Gubernur Sulsel ini menyumbang dana senilai Rp 100 juta untuk membantu pembangunan masjid yang rencananya seluas 12 X 20 meter dengan kapasitas muat jamaah 500 orang itu. Juga menyumbang satu traktor tangan untuk mendukung kegiatan bercocok tanam jamaah An Nadzir.

Sumber : http://www.merdeka.com/

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Subhanallah, Dulu Kampung Ini Non Muslim Semuanya dan Sekarang Muslim Semuanya"

Posting Komentar