Astafirullah Ternyata, Membuka Aib Sendiri Terhitung Dosa
Aib merupakan suatu kondisi buruk seseorang yang seharusnya tidak
diungkap ke publik. Jika diketahui orang lain, maka akan menimbulkan perasaan malu yang berdampak psikologis negatif.
Itulah sebabnya, Allah SWT melarang keras hamba-hamba-Nya menceritakan kondisi tidak baik tentang seseorang. Selain berefek negatif terhadap target yang diumbar aibnya, Allah SWT juga akan memberikan dosa terhadap orang yang suka menceritakan aib orang lain.
Ternyata, tidak hanya jika menceritakan aib orang saja. Menceritakan aib sendiri juga terhitung dosa. Sayangnya, hal ini kerap kita lakukan ketika menghadapi masalah. Atas nama curhat, seseorang dengan mudahnya bercerita tentang aibnya sendiri kepada orang lain. Seperti apa hukumnya? berikut ringkasannya.
Sejatinya tidak ada manusia yang sempurna. Ada saja bagian dari cucu adam ini yang memalukan jika diketahui oleh publik. Namun, setiap hari pula Allah SWT sudah menutup aib-aib hamba-Nya, sehingga manusia bisa berjalan tanpa malu di atas bumi ini.
Sayangnya, manusia justru dengan tanpa rasa malu berbagi aibnya kepada orang lain. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan perasaan lega karena menganggap
diungkap ke publik. Jika diketahui orang lain, maka akan menimbulkan perasaan malu yang berdampak psikologis negatif.
Itulah sebabnya, Allah SWT melarang keras hamba-hamba-Nya menceritakan kondisi tidak baik tentang seseorang. Selain berefek negatif terhadap target yang diumbar aibnya, Allah SWT juga akan memberikan dosa terhadap orang yang suka menceritakan aib orang lain.
Ternyata, tidak hanya jika menceritakan aib orang saja. Menceritakan aib sendiri juga terhitung dosa. Sayangnya, hal ini kerap kita lakukan ketika menghadapi masalah. Atas nama curhat, seseorang dengan mudahnya bercerita tentang aibnya sendiri kepada orang lain. Seperti apa hukumnya? berikut ringkasannya.
Sejatinya tidak ada manusia yang sempurna. Ada saja bagian dari cucu adam ini yang memalukan jika diketahui oleh publik. Namun, setiap hari pula Allah SWT sudah menutup aib-aib hamba-Nya, sehingga manusia bisa berjalan tanpa malu di atas bumi ini.
Sayangnya, manusia justru dengan tanpa rasa malu berbagi aibnya kepada orang lain. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan perasaan lega karena menganggap
dirinya sudah berbagi tentang aib dirinya yang dipendam selama ini. Rasulullah SAW juga melarang keras umatnya yang berbagi aib kepada orang lain.
"Setiap umatku dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan (melakukan maksiat). Dan termasuk terang-terangan adalah seseorang yang melakukan perbuatan maksiat di malam hari, kemudian di paginya ia berkata: wahai fulan, kemarin aku telah melakukan ini dan itu – padahal Allah telah menutupnya- dan di pagi harinya ia membuka tutupan Allah atas dirinya." (HR Bukhori Muslim).
Agama Islam membagi aib menjadi beberapa bagian. Pertama, aib yang sifatnya khalqiyah, yakni aib yang bersifat kondrati dan bukanlah sebuah perbuatan maksiat. Misalnya saja cacat bagian tubuh yang hanya akan menimbulkan rasa malu jika diketahui orang lain. Aib seperti ini bisa ditutupi dengan menutup aurat.
Mayoritas ulama mengatakan bahwa hal tersebut akan menimbulkan dosa besar jika diceritakan kepada orang lain. Pasalnya, mereka bisa saja menyebarkan hal itu kepada orang lain yang justru semakin memperbanyak orang yang berbuat dosa karena menggunjingkannya. Imam Al Ghazali mengatakan, aib seperti ini datangnya dari Allah sehingga manusia tidak kuasa untuk menolaknya. Jika menghina aib tersebut, artinya menghina Allah SWT.
Aib kedua adalah berupa perbuatan maksiat yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan. Aib sembunyi-sembunyi juga dibedakan menjadi dua, yakni yang merusak hubungan dengan Allah misalnya minum khamr, berzina, dan lainnya. Perbuatan maksiat yang dilakukan secara sembunyi lainnya adalah yang merugikan orang lain seperti mencuri, korupsi, dan lainnya. Perbuatan seperti ini diperbolehkan untuk diselidiki dan diungkap, karena hal ini sangat berbahaya jika dibiarkan. Sebab, akan lebih banyak lagi merugikan orang lain
"Setiap umatku dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan (melakukan maksiat). Dan termasuk terang-terangan adalah seseorang yang melakukan perbuatan maksiat di malam hari, kemudian di paginya ia berkata: wahai fulan, kemarin aku telah melakukan ini dan itu – padahal Allah telah menutupnya- dan di pagi harinya ia membuka tutupan Allah atas dirinya." (HR Bukhori Muslim).
Agama Islam membagi aib menjadi beberapa bagian. Pertama, aib yang sifatnya khalqiyah, yakni aib yang bersifat kondrati dan bukanlah sebuah perbuatan maksiat. Misalnya saja cacat bagian tubuh yang hanya akan menimbulkan rasa malu jika diketahui orang lain. Aib seperti ini bisa ditutupi dengan menutup aurat.
Mayoritas ulama mengatakan bahwa hal tersebut akan menimbulkan dosa besar jika diceritakan kepada orang lain. Pasalnya, mereka bisa saja menyebarkan hal itu kepada orang lain yang justru semakin memperbanyak orang yang berbuat dosa karena menggunjingkannya. Imam Al Ghazali mengatakan, aib seperti ini datangnya dari Allah sehingga manusia tidak kuasa untuk menolaknya. Jika menghina aib tersebut, artinya menghina Allah SWT.
Aib kedua adalah berupa perbuatan maksiat yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan. Aib sembunyi-sembunyi juga dibedakan menjadi dua, yakni yang merusak hubungan dengan Allah misalnya minum khamr, berzina, dan lainnya. Perbuatan maksiat yang dilakukan secara sembunyi lainnya adalah yang merugikan orang lain seperti mencuri, korupsi, dan lainnya. Perbuatan seperti ini diperbolehkan untuk diselidiki dan diungkap, karena hal ini sangat berbahaya jika dibiarkan. Sebab, akan lebih banyak lagi merugikan orang lain
0 Response to "Astafirullah Ternyata, Membuka Aib Sendiri Terhitung Dosa"
Posting Komentar